Matisyahu dan Reggae Yahudi | Info Reggae Indonesia

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Jamaika merupakan tanah kelahiran musik reggae. Dari Kota Kingston, Bob Marley membesarkan musik yang memiliki ciri permainan ritem gitar yang khas  ini.  Hingga kini lagu-lagu Bob Marley masih setia dimainkan para pemujanya, termasuk di Indonesia.  Dalam evolusi musik reggae hadir Matisyahu, sosok unik lewat gaya reggae Yahudi nya memberikan warna berbeda.

Gaya reggae tak harus dreadlock (rambut gimbal), berbendera merah-hijau-kuning kas rasta, atau dekat dengan mariyuana. Matisyahu memuja reggae lewat cara lain. Ia meramu musik reggae kas Jamaika berpadu rap tradisional  dan berlirik khas spirit Yahudi.  Ada juga yang menyebutkan sebuah perpaduan janggal musik reggae bertemu gaya Yahudi.

Dari benang sejarah purba keturunan orang Afrika di Jamaika memiliki hubungan dengan kaum Yahudi. Keyakinan sejarah ini oleh  kaum Rasta diakui kedekatannya., yakni adanya kesamaan dan asal usul nenek moyang kaum kulit hitam di Afrika adalah keturunan Yahudi yang dibawa dari garis keturunan Ratu Syeba dari Ethiopia.  Walaupun terputus dari sisa Yudaisme, konon orang-orang Yahudi hitam Beta Israel telah hidup di Ethiopia selama berabad-abad.

Barangkali dari tafsir historis  tadi  bisa sedikit  menampik kejanggalan antara hubungan Reggae yang didominasi orang keturunan Afrika dengan kemunculan reggae hasil ramuan Matisyahu.

Gaya berpakaian dan kelebatan jenggotnya menarik perhatian.  Saat di panggung atau muncul di televisi pertama kali orang-orang akan heran bahkan mungkin mengira ia seorang komedian atau tukang sulap. Ia bertopi hitam dengan yarmulke (kupluk kecil) di bawahnya berpadu setelan jas hitam dan kemeja putih lengan panjang. Sebuah gaya khas Yahudi Orthodok. Pada pembukaan Festival Musik Bonnaroo 2006 ia berhasil mempertunjukan dirinya secara langsung di depan 80.000 orang.

Di Indonesia Matisyahu tak begitu dikenal.  Artis reggae Yahudi ini sedang populer di belah bumi lain.  Pertama kali Matisyahu muncul di televisi CNN pada 2003 dalam acara the Music  Room yang dipandu presenter Shanon Cook.  Matisyahu dikenal sebagai pendatang baru di dunia musik yang memiliki keahlian sebagai MC (rapper), beatboxer, hip hop, dan totalitas menari reggae di New York.

Dalam setiap wawancara televisi Matisyahu mengaku sebagai sosok yang religius.  Latar belakang sebagai penganut Yahudi yang taat merupakan landasan spiritnya mengolah lirik dan musik reggaenya.  Saat AP (Associated Press) menanyakan soal, "music is the kids' religion,"pada Matisyahu, ia menjawab "Dari perspektif Yahudi, musik dipakai dalam kuil.  Kuil adalah tempat pemujaan pada Tuhan yang benar-benar ada... Dalam setiap agama dan kultur, musik telah digunakan untuk tujuan membuka orang-orang menuju rasa spiritual, untuk merasakan sesuatu yang transenden di dunia ini. "

Di sebuah website populer Yahudi, chabad.org, Matisyahu mengatakan semua musik nya dipengaruhi dan terinspirasi oleh ajaran dan semangat Hasidis. Ia menginginkan musik  yang bermakna dan  dapat menyentuh orang serta membuat mereka berpikir.  Hasidisme mengajarkan bahwa musik adalah kuil dari jiwa.  Sekadar catatan tradisi Hasidisme terfokus pada lagu ekstase dan tarian-tarian yang terhubung dengan Tuhan dan kesucian.

Setelah debut album pertamanya pada 2004 dalam album Shake Off the Dust Arise karir Matisyahu merangkak naik. Pada 2006 awal, ia kembali merilis album Youth.  Di minggu pertama album Youth terjual 118.000 kopi. Sepenuhnya banyak lagunya berbahasa Inggris, hanya beberapa di bubuhi kata-kata Hebrew dan Yahudi.  Lagu King Without A Crown dan Jerusalem mengantarkan kepopulerannya di balantika musik reggae.

Berlatar aliran Root Tonic  yang unik berpadu rap tradisional, dan suara gitar solo berciri rock, Matisyahu sering tampil dengan gaya minimalis:  dengan pendukung tiga personil band.  Kadang ia menggandeng Kenny Muhammad, seorang musisi Muslim untuk tampil bersama.

Matisyahu lahir 30 Juni 1979 di Barat Chester, Pennsylvania. Bersama keluarganya, ia pernah pindah ke Berkeley dan akhinya menetap di White Plains, New York. Matisyahu memiliki nama asli Matthew Miller tumbuh di New York.  Ia tak merasakan sebuah kasih sayang sesungguh untuk meyakini sebagai Yahudi, hingga ia jatuh hati pada musik reggae di umur 14 tahun.

Sebuah perubahan besar terjadi di usia 19 saat ia berkunjung ke Israel.  Lalu ia mencurahkan hidupnya sebagai Hasidik Judaisme dan mengadopsi nama Hebrew menjadi Matisyahu.  Nama Matisyahu ini memiliki arti "pemberian Tuhan". Ia terpengaruh kuat dari seorang rabi Chabad semasa kuliah dan menjadi anggota Komunitas Chabad Lubavitch di Crown Heights, Brooklyn, New York. Sekadar catatan komunitas Lubavitch yang terwakili Rabi Lubavitcher Rebbe bersama para rabi progresif seperti Rabbi Elchonon Wasserman, dan Reb Sholem Dov Ber Schneerson selalu tidak sepakat dengan kebijakan Pemerintah Israel.

About @InfoReggaeIndo

Ikuti perkembangan musik reggae di @InfoReggaeindo
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top